Friday, December 30, 2011

Maksiat Membuat Jarak dengan Allah

Oleh : Uti Konsen.U.M.
                   
 Maksiat adalah sumber kelemahan iman dan racun yang mematikan bagi hati. Ibnul Al Qayyim RA berkata “ Diantara dampak negatif maksiat adalah terhalang untuk melakukan ketaatan.“ Dan adakalanya seseorang menjadi tercegah dari mendapatkan rezeki disebabkan oleh dosa yang dilakukannya. Begitu juga orang menjadi berat dan sulit untuk bangun beribadah malam karena perbuatan dosa yang diperbuatnya pada siang hari. Salah satu contoh. Sufyan Ats Tsauri RA. telah menuturkan pengalamannya. “Aku sulit sekali melakukan Qiyamul Lail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan.“

Apa dosa yang dilakukan, ulama sufi itu?  Satu saat, ketika ia masuk kedalam masjid, beliau melihat seseorang sedang berzikir sambil menangis. Dalam hatinya terbesit bisikan, “Ah, orang itu riya barangkali.“ Imam Ali bin Abi Thalib RA, Amirul Mukminin berkata kepada seseorang yang mengeluh kepadanya karena tidak mampu melakukan salat tahajjud, “Engkau telah dibelenggu oleh dosa-dosamu.“ Simak pula nasehat Imam Ja’far Ash Shadiq, “Seseorang jika berdusta, diharamkan baginya salat tahajjud dan jika diharamkan salat tahajjud, maka diharamkan baginya rezeki.“
Salat tahajjud hanya akan berhasil bila seseorang dapat menjamin bahwa mata pencahariannya halal. Jika sebaliknya, tahajjud dan ibadah-ibadah lainnya akan menjadi sia-sia. Rasul saw berkisah tentang, seorang lelaki yang melakukan perjalanan panjang dalam keadaan lusuh dan kotor, “ ia mengulurkan tangannya ke langit secara berkata, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku...

“ Sementara makanan, minuman dan pakaiannya diperoleh dengan cara yang haram, dan ia sendiri diberi makanan dari makanan yang haram. Maka bagaimana dosanya bisa terkabul?“ (HR.Muslim). Al Imam Hasan Al Bashri RA menegaskan, “Sesungguhnya orang yang melakukan dosa, akan terhalang dari qiamul lail.“  Lalu ada yang bertanya, “Wahai Abu Sa’id (maksudnya Al Hasan), aku tidur malam dalam kondisi sehat dan aku ingin salat malam. Aku juga sudah menyiapkan air wudhuku sebelumnya, tetapi mengapa aku tidak bisa bangun juga? Maka, beritahukanlah kepadaku apa yang harus kulakukan?”  Sang Imam menjawab, “Dosa-dosamu telah menjeratmu “ (Ihya Ulumuddin). Sementara dalam kitab karangan Dr.Ahmad Farid menyebutkan versi lain jawaban Al Hasan Al Bashri, yaitu “Jangan engkau bermaksiat (berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan membangunkanmu di waktu malam.“

    Satu waktu menurut kisah Wahab bin Munabih, Nabi Musa AS bertemu dengan seorang lelaki yang  sedang berdoa. Dia berdiri lama sekali dengan amat khusyuknya. Seraya memperhatikan lelaki tersebut Nabi Musa AS berkata, ”Ya Rabbi, mengapa tidak Kau jawab juga doanya?”  Allah menjawab, “Wahai Musa! Seandainya orang itu menangis sejadi-jadinya, dan mengangkat kedua tangannya sampai ke permukaan langit, doanya tetap takkan sampai kepada-Ku.“ ”Mengapa gerangan ya Allah?“ tanya Musa. “Karena di perutnya ada barang haram. Di punggungnya ada barang haram. Dan di rumahnya pun tersimpan barang haram.“

Imam Baihaqi dalam bukunya Sya’b al Iman bertutur, “Bilamana setan melihat kaum Muslimin yang sangtat tekun beribadah, namun tidak menjaga dengan baik makanannya, apakah diperoleh dengan halal atau tidak, maka ia akan memberi tahu setan lainnya agar tidak mengganggu orang itu dan menjauhinya. Karena meskipun ia tekun beribadah ataupun berbuat amal saleh lainnya tidak akan diterima Allah karena mata pencahariannya  atau makanannya diperoleh dengan cara haram.“

    Imam Syafei RA berkata, “Nur kebenaran Al Quran itu tidak akan dapat masuk ke dalam hati orang-orang yang durhaka atau berbuat dosa.“  Imam Ghazali juga bertutur, “Orang yang hatinya berkarat karena banyak dosa, tidak akan tergerak untuk mentabarukan Al Quran.“ Umar dan Hudzaifah berkata, “Kalau hati itu bersih, maka tidak akan penah bosan keinginannya untuk membaca Al Quran.“

    Diceritakan dalam satu hadis, ketika Allah murka kepada satu kaum, Dia tidak kemudian menurunkan siksa kepada mereka, tapi ditimpakan kepada mereka berupa mahalnya harga barang-barang, umur yang pendek, perdagangan yang tidak mendapatkan untung (rugi), menahan turunnya hujan, sungai-sungai tidak mengalir, dan dikuasakan kepada mereka orang-orang yang jahat dari mereka“ (HR.Dailami dan Ibnu Majah). Di zaman dahulu, sekelompok orang datang mengeluh kepada seorang ulama besar di zamannya, bahwa ekonomi seret, penghidupan sempit. Sang ulama langsung menjawab, “Atasi dengan takwa.”  Wallahualam. **

No comments:

Post a Comment